Periklanan selalu menjadi alat yang ampuh untuk menarik perhatian, membentuk persepsi, dan mendorong pertumbuhan bisnis. Selama bertahun-tahun, cara-cara konvensional seperti billboard, promosi cetak, neon sign, dan brosur telah mendominasi dunia periklanan.
Meskipun efektif, bentuk-bentuk periklanan ini seringkali menimbulkan biaya tersembunyi bagi lingkungan. Mulai dari penggunaan sumber daya yang berlebihan hingga konsumsi energi dan limbah yang dihasilkan.
Seiring keberlanjutan menjadi prioritas global, bisnis ditantang untuk memikirkan kembali cara mereka mempromosikan sebuah brand.
Pergeseran ini telah melahirkan periklanan berkelanjutan, sebuah praktik yang berfokus pada pengurangan dampak lingkungan melalui material ramah lingkungan, teknologi hemat energi, dan perencanaan kampanye yang bertanggung jawab.
Oleh sebab itu, memahami perbedaan antara periklanan tradisional dan berkelanjutan menjadi penting. Berikut ini penjelasan selengkapnya.
1. Penggunaan Sumber Daya dan Material

Salah satu perbedaan paling jelas antara periklanan tradisional dan berkelanjutan terletak pada sumber daya yang dikonsumsi masing-masing pendekatan.
Periklanan tradisional seringkali sangat bergantung pada materi yang membutuhkan banyak sumber daya. Iklan cetak, pamflet, dan poster membutuhkan kertas, tinta, dan pelapis kimia dalam jumlah besar.
Media out-of-home (OOH) seperti billboard dan spanduk umumnya diproduksi menggunakan plastik, vinyl, dan bahan lain yang tak dapat terurai secara alami dengan peluang penggunaan kembali yang minim.
Materi-materi ini mungkin hanya bertahan sebentar dalam kampanye, tetapi meninggalkan jejak lingkungan yang bertahan lama setelah dibuang.
Sebaliknya, periklanan berkelanjutan menekankan alternatif ramah lingkungan. Contohnya, dengan mulai beralih menggunakan kertas daur ulang, plastik biodegradable, dan tinta berbasis air.
Untuk signage luar ruangan, menggunakan struktur yang dapat digunakan kembali dan modular yang dapat meminimalkan limbah dengan memungkinkan komponen diadaptasi untuk berbagai kampanye.
Bahkan periklanan digital out-of-home (DOOH) ketika didukung oleh energi terbarukan, mampu mengurangi ketergantungan pada material fisik sekali pakai secara keseluruhan.
Dengan beralih dari praktik yang bergantung pada sumber daya secara besar-besaran ke pilihan yang berkelanjutan, perusahaan tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga menunjukkan komitmen terhadap inovasi dan tanggung jawab.
2. Konsumsi Energi
Penggunaan energi merupakan faktor penting lain yang membedakan periklanan tradisional dari pendekatan berkelanjutan.
Metode periklanan tradisional seringkali bergantung pada output energi yang tinggi untuk mempertahankan visibilitas. Billboard, neon sign, dan backlit display mengonsumsi listrik dalam jumlah yang signifikan, terutama di wilayah perkotaan dengan lalu lintas padat yang membutuhkan waktu lebih lama untuk menyala.
Ketergantungan pada sumber energi konvensional ini tidak hanya meningkatkan biaya operasional, tetapi juga berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca, yang memperbesar jejak lingkungan dari periklanan.
Di sisi lain, periklanan berkelanjutan mengintegrasikan teknologi hemat energi untuk mengurangi kebutuhan daya. Sebagai contoh, lampu LED jauh lebih efisien dalam penggunaan energi dibandingkan dengan lampu konvensional, sekaligus memberikan pencahayaan yang lebih terang dan tahan lama.
Beberapa pengiklan bahkan mengadopsi billboard bertenaga surya atau mengintegrasikan sistem energi terbarukan yang mengimbangi penggunaan listrik.
Dalam periklanan digital, teknologi yang lebih baik dan sistem penjadwalan yang lebih cerdas memungkinkan iklan hanya menyala pada saat paling efektif, sehingga semakin mengurangi konsumsi energi yang tidak perlu.
Dengan memikirkan kembali penggunaan energi, periklanan berkelanjutan menunjukkan bagaimana visibilitas dan dampak dapat dicapai tanpa biaya lingkungan yang berlebihan, menawarkan kepada bisnis pilihan beriklan yang lebih bertanggung jawab dan hemat biaya.
3. Dampak Limbah dan Siklus Hidup
Selain penggunaan sumber daya dan konsumsi energi, siklus hidup materi iklan memainkan peran penting dalam menentukan dampak lingkungan.
Iklan tradisional seringkali menghasilkan limbah yang signifikan. Selebaran, brosur, dan poster cetak biasanya memiliki masa pakai yang sangat singkat sebelum dibuang. Spanduk luar ruangan dan billboard, meskipun lebih tahan lama, biasanya sekali pakai dan berakhir di tempat pembuangan sampah setelah kampanye berakhir.
Bahan-bahan ini, terutama plastik dan kain yang diolah secara kimia, tidak dapat terurai secara hayati dan dapat tetap berada di lingkungan selama beberapa dekade. Namun karena kampanye sering berubah, siklus produksi dan pembuangan berulang, menghasilkan aliran limbah yang konstan.
Sebaliknya, periklanan berkelanjutan mempertimbangkan siklus hidup material secara menyeluruh dan mengupayakan sirkularitas. Rangka billboard yang dapat digunakan kembali, substrat yang dapat didaur ulang, dan material cetak yang dapat terurai secara hayati mengurangi limbah di akhir kampanye.
Sejumlah perusahaan mengubah spanduk promosi yang sudah tidak terpakai menjadi tas belanja, perabotan, atau barang fungsional lainnya, sehingga memberikan umur tambahan pada material bukannya membuangnya.
Periklanan Digital Out-of-Home (DOOH) juga meminimalkan limbah material secara keseluruhan, karena elemen kreatif dapat diperbarui dengan cepat tanpa menghasilkan material fisik baru.
4. Citra Merek dan Persepsi Konsumen

Iklan tidak sekadar memperkenalkan produk, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai perusahaan. Cara suatu merek memilih untuk beriklan dapat sangat memengaruhi persepsi konsumen terhadapnya.
Iklan tradisional, meskipun efektif dalam jangkauan, semakin dikritik karena dampaknya terhadap lingkungan. Semakin banyak konsumen yang menyadari akan limbah yang dihasilkan oleh bahan sekali pakai, penggunaan kertas yang berlebihan, dan media yang mengonsumsi banyak energi.
Brand yang terus mengandalkan metode tradisional berisiko dianggap ketinggalan zaman, ceroboh dalam hal keberlanjutan, atau tidak sejalan dengan nilai-nilai khalayak modern.
Persepsi ini dapat mengurangi kepercayaan dan loyalitas, terutama di kalangan generasi muda yang peduli lingkungan seperti Milenial dan Gen Z.
Sebaliknya, periklanan berkelanjutan meningkatkan reputasi merek dengan menyelaraskan kampanye dengan tanggung jawab lingkungan. Penggunaan material daur ulang, energi terbarukan, dan inovasi ramah lingkungan menandakan bahwa perusahaan berpikiran maju dan berkomitmen terhadap perubahan positif.
Keselarasan ini tidak hanya menarik pelanggan yang peduli lingkungan, tetapi juga dapat menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat, karena konsumen semakin memilih untuk mendukung brand yang memiliki nilai-nilai yang sama.
Pada akhirnya, keberlanjutan dalam periklanan bukan hanya sekadar "bagus untuk dimiliki". Keberlanjutan telah bertransformasi menjadi faktor krusial sebagai pembeda dalam pasar yang semakin sengit.
Bisnis yang mengintegrasikan praktik ramah lingkungan ke dalam strategi periklanan mereka dapat memperkuat citra brand, menumbuhkan kepercayaan, dan memposisikan diri sebagai pemimpin dalam inovasi maupun tanggung jawab.
5. Manfaat Bisnis dan Regulasi
Selain keuntungan lingkungan dan reputasi, pilihan antara periklanan tradisional dan berkelanjutan juga memengaruhi laba perusahaan dan kepatuhan terhadap regulasi.
Iklan tradisional seringkali memiliki biaya tersembunyi. Biaya produksi materi cetak baru secara berkala, penggantian spanduk sekali pakai, dan penggunaan daya untuk billboard berenergi tinggi dapat membengkak dengan cepat.
Selain itu, seiring pemerintah memberlakukan peraturan lingkungan yang lebih ketat, seperti kebijakan pengurangan limbah, pembatasan penggunaan plastik, dan target emisi karbon, bisnis yang sangat bergantung pada metode tradisional dapat menghadapi biaya kepatuhan tambahan, denda, atau kerusakan reputasi.
Di sisi lain, periklanan berkelanjutan dapat menghasilkan manfaat finansial dan strategis jangka panjang. Struktur yang dapat digunakan kembali dan material yang dapat didaur ulang mengurangi kebutuhan produksi yang konstan, sehingga menurunkan biaya operasional seiring waktu.
Teknologi hemat energi seperti billboard LED atau bertenaga surya tidak hanya mengurangi biaya listrik, tetapi juga selaras dengan inisiatif pembangunan hijau dan perencanaan kota.
Dari sudut pandang regulasi, bisnis yang mengadopsi periklanan ramah lingkungan berada pada posisi yang lebih baik untuk memenuhi standar yang sedang berkembang, menghindari penalti, dan bahkan memenuhi syarat untuk mendapatkan insentif pemerintah yang terkait dengan tujuan keberlanjutan.
Berinvestasi dalam periklanan berkelanjutan bukan hanya tentang melindungi lingkungan, tetapi ini adalah strategi bisnis yang proaktif. Perusahaan yang beradaptasi sejak dini dapat mencapai penghematan biaya, kepatuhan terhadap peraturan, dan keunggulan kompetitif di pasar yang semakin menghargai tanggung jawab.
Itulah perbedaan antara periklanan tradisional dan berkelanjutan. Bagi Anda yang sedang mencari kontraktor periklanan berkelanjutan, Anda dapat mempertimbangkan PT Ciptaselaras Nuansa Mulia. Untuk informasi lebih lanjut mengenai PT. Ciptaselaras Nuansa Mulia, Anda bisa memperolehnya melalui website official CNM Grup di cnmgrup.com.